Pada abad ke-7 hingga abad ke-19, bahasa Melayu merupakan bahasa yang menjadi lingua franca jalur perdagangan di Nusantara (saat itu asia tenggara). Letaknya cukup strategis karena berada di jalur perdagangan Selat Malaka. Bahkan para pedagang dari India, Cina dan Eropa pun harus menggunakan bahasa Melayu agar dapat melakukan transaksi dagang. Selain sebagai lingua franca dalam perdagangan